Keyakinan calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk didukung PDI Perjuangan di Pilkada DKI 2017 membuat beberapa politisi partai berlambang banteng gerah.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDIP DKI, Gembong Warsono menyebutkan, tidak masalah jika Ahok begitu yakin dengan asumsinya yang dekat dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Namun, mantan Bupati Belitung Timur itu perlu pemahaman penting jika Mega tidak akan serampangan membuat keputusan untuk mendukungnya.
"Bu Mega itu sekarang semakin hati-hati dan bijaksana. Tidak mungkin mengambil keputusan dengan serampangan," ujar Gembong saat dihubungi, Senin, 25 Juli 2016.
Terlebih, kini PDIP sudah sampai pada tahap pengerucutan nama kandidat calon hasil penjaringan dari 34 ke 6 nama calon yang sudah dibawa ke DPD PDIP. Karena itu, sambung Gembong, mengartikan bahwa PDIP begitu mempertimbangkan kerja dan aspirasi grassroot partai.
"Ini kan semua grassroot bergerak. Apa keputusannya tentu akan menjadi pertimbangan Bu Mega," tegas Anggota DPRD dari Fraksi PDIP itu.
Hal senada pun disampaikan politikus senior PDIP Maruar Sirait. Dia menilai tampak begitu sulit jika PDIP mendukung Ahok pada Pilkada yang akan dilangsungkan Februari 2017 mendatang. Sebab, perlu ada kontestasi dalam Pilkada.
"Kalau sampai Ahok didukung PDIP, tidak ada kontestasi politik lagi. PDIP dan Teman Ahok bersatu, tidak ada kontestasi. Lawan PDIP dan lawan ahok, berkepentingan secara poitik. Ini tidak bersatu," ujar Arakemarin.
--------
Tingkah Ahok yang begitu cemas bahkan cenderung mengemis perhatian PDIP sebenarnya cukup mengundang keheranan.
Setelah heboh dengan penggalangan 1 juta KTP -yang setelah dilakukan verifikasi manual independen oleh sebuah media TV swasta ternyata kurang valid- melalui Teman Ahok, Ahok masih kurang percaya diri,
Bahkan setelah mendapatkan dukungan dari dua partai, Golkar dan Hanura, Ahok masih saja belum percaya diri dan terus saja mengumbar wacana tentang dukungan PDIP ke pihaknya.
Tak dapat disangkal,popularitas Yusril Ihza Mahendra sebagai lawan tanding di pentas pemilihan Gubernur DKI 2017 nanti memang bisa membuat mantan Bupati Belitung Timur ini ciut nyalinya.
Yusril dikenal cukup dekat dengan banyak kalangan cukong China yang selama ini diklaim mendukung Ahok. Yusril juga sangat merakyat tanpa terkesan pura-pura. Yusril sangat paham dan menjunjung tinggi supremasi hukum, tak seperti Ahok yang mengangkangi hukum semau-maunya.
Singkatnya, banyak prestasi Yusril yang membuat Mantan Menkumham ini terlihat bersinar dan membuat kubu Ahok panik.
Kubu Ahok bahkan tak segan merilis survey yang mengunggulkan Ahok sebagai pelengkap perang urat syaraf yang kini mulai terasa di antara kubu pendukung Ahok dan lawan-lawan tandingnya.
Upaya Ahok untuk terus mengemis restu PDIP menunjukkan bahwa sebagai politisi, Ahok tak memiliki kualitas yang cukup kuat untuk ditandingkan dengan Yusril. Ahok minder.
Sayangnya, PDIP justru merilis akta bahwa 80% warga DKI tak menginginkan Ahok lagi. Hal ini tentu semakin membuat nyali Ahok ciut dan tak ada pilihan lain bagi Ahok selain bermanis-manis dengan PDIP.
Berarti, Ahok menyadari, bahwa dukungan Golkar dan Hanura, apalagi 1 juta KTP yang tidak dapat dipertanggungjawabkan validitasnya, tidak akan mampu menghantar dirinya meraih DKI 1. Ahok sadar, kekuatan akar rumput PDIP yang kokoh sajalah yang akan mampu membuatnya berdiri tegak melawan Yusril.
Persoalannya, akankah PDIP mendukung Ahok, atau hanya akan menjadikan Ahok sebagai bahan permainan politik mereka?
0 Response to "Sudah Dapat 1 Juta KTP, Didukung Golkar dan Hanura, Mengapa Ahok Masih Kurang Pede dan Mengemis Dukungan PDIP? "
Posting Komentar